Kamis, 13 Oktober 2011

Zaman Logam

ref 1.
ref 2

bivalve (cetakan batu ) dan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue.
















Nekara



 bejana perunggu













arca perunggu















Candrasa











Kapak corong























Gerabah


Selasa, 11 Oktober 2011

Perkembangan Seni Rupa Jepang

Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman es terakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon.


Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Orang zaman Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.




REF

Kerjaan Kushan (60M - 375M)

Seni rupa Kerajaan Kushan terinspirasi oleh ajaran Buddha.Kerajaan Kushan merupakan hasil persatuan bangsa-bangsa Indo-Eropa yang salah satu sukunya bernama KushanBeberapa dari suku ini telah mendapat pengaruh hellenisme sejak penaklukan Alexander Agung sehingga bisa dimaklumi bahwa kebudayaan Kushan sendiri pun kemudian banyak mendapat pengaruh Yunani.

Terdapat dua aliran besar yang dikenal dari periode Kushan, yaitu Gandhara dan Mathura.


 (ref : http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Buddha-Yunani ,

 Seni Kontemporer  Jepang

Sejak awal 2000-an, seni rupa kontemporer Jepang identik dengan
kecenderungan untuk menampilkan pengaruh budaya pop Jepang yang
mengglobal, terutama anime dan manga. Meskipun bukan hal yang sama sekali
baru—telah muncul sejak awal 1990-an—kecenderungn dominan itu tentu tidak
lepas dari kiprah beberapa gelintir seniman Jepang, terutama Yoshitomo Nara
dan Takashi Murakami dalam sepuluh tahun terakhir. Tampilnya kedua nama
tersebut dalam perhelatan-perhelatan besar internasional, dan kesuksesan
komersial mereka yang mengagumkan telah memberikan pengaruh besar
pada perkembangan mutakhir dan citra seni rupa Jepang pada milenium baru.
Selain Nara dan Murakami, beberapa seniman lain seperti Aida Makoto, Akira
Yamaguchi dan Tenmyouya Hisashi yang juga muncul dalam periode yang sama
sebagai sosok-sosok berpengaruh dalam seni rupa Jepang.
Sejak awal 1990-an, Murakami dikenal melalui konsep superflat yang
dicetuskannya. Secara sederhana, superflat adalah konsep estetik yang
menjelajahi ‘kedataran’ yang radikal. Murakami menganggap bahwa ada
hubungan yang erat antara kedataran dalam penggambaran anime dan manga
dengan tradisi visual Jepang kuno (nihon-ga). Karya-karya Murakami, ratarata
menampilkan berbagai karakter visual yang lahir dari narasi dan fantasi,
dengan warna-warna dan karakter grafis pop yang mencolok, namun tak
jarang mengandung ironi dan sarkasme yang meledak-ledak. Mengadopsi
pola produksi dalam industri manga dan anime, ia memperkerjakan beberapa
sejumlah seniman muda sebagai asistennya. Beberapa penulis menyebutnya
sebagai ‘Andy Warhol versi Jepang’, karena keberhasilannya dalam
menyintesakan kebudayaan pop Jepang dengan seni tinggi.
Nyaris serupa dengan Murakami, Nara juga banyak menggunakan subkultur
otaku sebagai referensi estetiknya. Pokok-soal dalam karya-karya Nara selalu
nampak sederhana, seringkali berupa seorang anak perempuan atau hewan
peliharaan, dengan warna-warni pastel dan lembut, menyerupai karakter visual
dalam komik anak-anak. Gestur dan wajah karakter-karakter itu seringkali
ditampilkan polos, lugu, tanpa dosa. Tapi tak jarang, Nara juga menampilkan
mereka sebagai karakter yang nakal, jahil dan jahat, penuh kekerasan dan
kebencian: Anak perempuan dalam karya Nara juga digambarkan tengah
menyembunyikan dan mengayunkan senjata seperti pisau dan gergaji.
Beberapa sumber tertulis menghubungkan karakter dalam lukisan-lukisan
Nara dengan kehidupan masa kecil seniman yang serba keras dan kesepian.